Karena Belajar (Bukan) Sekadar Nilai...

December 24, 2016
Awal Pertemuan


                Alkisah, seorang pelajar kelas 10 yang berusia 15 tahun sedang tidur-tiduran di depan laptopnya sambil membuka kaskus. Di salah satu hot thread-nya tertulis Sepenggal RefleksiKondisi Pendidikan Indonesia”.  Thread tersebut isinya, sebuah riset internasional dari PISA pada tahun 2012 yang bertujuan untuk mengukur kemampuan akademis para pelajar berusia 15 tahun di seluruh dunia. Ujiannya antara lain : matematika, membaca dan sains. Hasilnya, setelah di uji, pelajar Indonesia menempati urutan KEDUA DARI BAWAH.  Sekarang, lihat aja contoh soal PISA. Tanyakan beberapa soal itu ke temen-temen lu sekarang (udah SMA kelas 12), gue yakin masih aja ada yang gak bisa jawab beberapa (padahal itukan buat anak 15 tahun -_-).

                Berdasarkan artikel itu,  masalahnya  adalah : Para siswa tersebut gak ngerti-ngerti banget KONSEP DASARNYA dan bingung, “Ngerjain PAKE RUMUS  apa ya..gak pernah diajarin ni sma guru matematika.” Padahal, ESENSI dari bermatematika adalah abstract modelling atau gimana cara lo memodelkan suatu permasalahan ke rumus.

                Nah, dari artikel itulah awal mula gue ketemu Zenius. Selepas dari tulisan tersebut, gue pun langsung tancap gas ke zeniusblog buat baca artikel-artikel lainnya. Artikel-artikel yang saat itu gue baca (kalo ga lupa) antara lain : The Virtue of Liberating Education, yang nyeritain kenapa pendidikan Indonesia tuh ketinggalan banget dan gimana perbandingan tujuan pendidikan di Indonesia dengan di luar sana; UniversalIntellectual Standard, sesuai judulnya apa sih yang dibutuhkan buat ‘cerdas’ secara general; Pentingnya Sains dalam Pendidikan, tentang sains sebagai konteks dan berpikir kritis dan salah kaprah akan istilah ‘sains’ itu sendiri yang terlalu dianggap sempit.

                Kalo lo perhatiin, artikel yang gue baca itu sejenis kan. Tentang masalah-masalah pendidikan di Negeri ini. Hal yang saat itu gue pikirkan adalah penulis artikel tersebut adalah orang-orang yang mengerti pendidikan yang sesungguhnya. Dan kebetulan, gue punya cita-cita buat mewujudkan suatu sekolah yang para siswanya BEBAS belajar APA AJA dan sekolah hanya sebagai fasilitator. Suatu kesenangan yang super saat itu, kalo ada sebuah lembaga(gue nyebut lembaga karena ternyata penulisnya lebih dari satu) yang sevisi sama gue tentang hal itu. Kalo kata ilmu psikologi, “Lo bakal punya kecenderungan untuk menyetujui apa yang udah duluan lo setujui sama otak lu!”. Itulah yang membuat zeniusblog selalu nongol di tab bookmark dan menjadi santapan bacaan mingguan sampai sekarang.
  
                Semua artikel di atas termasuk kategori zenius-insight kalo di blognya. Sesuai namanya, “insight”, artikel-artikel yang dikategorikan ke sini adalah wawasan-wawasan yang menantang lo berpikir dan merenung. Beberapa zenius-insight yang paling gue suka adalah : Belajar Untuk Nilai atau Untuk… , Sejauh Mana Lo Tau KondisiDunia Saat Ini, Are You Ready to Understand the World?, Kenapa Semua OrangPerlu Berpikir Seperti Seorang Ilmuan, dan masih banyak lagi.

                Gue mulai tertarik sama Sejarah (yang selama ini gue kira cuma HAFALIN nama tokoh dan tanggal-tanggal penting(?)) gara-gara baca artikel tentang sejarah dari zeniusblog. Gue jadi kenal Mohammad Hatta yang dikira cuma sebagai pendamping Soekarno. Gue jadi agak terbuka dan ngerti berbagai pandangan tentang Dinamika Gerakan 30September 1965 . Gue jadi tau gimana serunya Perang Dunia. Gue jadi kenal sama sosok Tan Malaka, sosok yang jarang keliatan di buku sejarah, tapi ternyata gede banget perannya, bahkan dia yang awalnya munculin frasa Republik Indonesia. Saking tertariknya sama tokoh yang terakhir plus sinopsis dari artikel zeniusblog yang lain, akhirnya gue beli buku Tan Malaka yang paling terkenal, Madilog.
Madilog dan beberapa buku-buku laen yang gue beli sejak kenal zeniusblog



                Nah, coba buka kategori Zenius-Debunk di zeniusblog ini. Zenius Debunk bakal menantang otak lo buat bertanya : “Emang gitu ya? Lah..? Kok? Jadi, selama ini gue salah!” dan sebagainya. Ya, zenius-debunk isinya ‘debunk’ tentang hoax-hoax yang biasa berkeliaran di jarkoman Whatsapp, Line, Facebook atau media sosial yang lain. Berikut 3 artikel paling gue suka dari zenius-Debung. Pertama, “10 Mitos Sains yang Masih Banyak Dipercaya Orang”, Kedua, “Aktivasi Otak Tengah, Benerang Gak Tuh?” dan terakhir “Kupas Tuntas Produk Minuman yang Katanya Berkhasiat.”

                Singkat kata, zeniusblog bakal menantang banget buat jadi bacaan ringan sekaligus olahraga yang sehat buat otak.

***

                Selain blog, ternyata zenius juga punya sebuah website tempat belajar berbasis video di zenius.net. Melihat halaman depannya (ada tulisan : Dari soal SD sampe UM STOVIA pun ada J) , gue langsung mikir, “Apa website zenius yang ini hanya sekadar seperti bimbel-bimbel yang lain? Gak kayak zeniusblog tadi.  Kurang pantas nyandang label bimbel (bimbingan belajar), harusnya sih bimujan (bimbingan ujian). “ Gue bukalah seluruh isi websitenya. Emang mayoritas terdiri atas materi-materi dari SD sampai SBMPTN. Tapi, ternyata setelah membuka section zeniuslearning , pandangan gue berubah Zenius.net gak ujian-oriented  banget lah.  

                Video yang pertama kali gue buka adalah LearningHow to Learn. Di situ, Sabda (yang ngomong), ngasih tau, “Belajar tuh harus GUNA!!”. Misalnya, SNMPTN, SNMPTN punya dua tujuan : 1. Tujuan Praktis, lulus; 2. Tujuan ideal, ilmunya. Naaah, tujuan kedua inilah yang keren banget di terangin di sini. Gimana pelajaran tuh GUNA buat hidup lo. Dan ini sangat menjawab pertanyaan gue tentang, “kenapa gue musti belajar fisika, matematika, sejarah, ekonomi, atau sebagainya”. Manfaat terbesar belajar pelajaran di SMA bukan konten pelajarannya(konten tetep penting penting sih), tapi yang lebih penting adalah GIMANA GUNAIN CARA PIKIR PELAJARAN TERSEBUT KE KEHIDUPAN SEHARI-HARI. Setelah beberapa saat merenung, oooh..iya, “Orang yang ngerti cara pikir (YANG BENER) fisika & matematika, bakal lebih rasional, dia bakal meng-argumentasikan segala tindakannya dan apapun yang dilihatnya, kenapa harus begini, kenapa harus begitu. Dan orang yang belajar sejarah (secara bener-bener) bakal lebih kecil kemungkinannya buat ngulangin kesalahan yang sama di sejarah. “

                Saat gue mau buka video ke dua ada tulisan, “Oops..kamu hanya bisa menonton video pertama” lengkap dengan emoticon smilenya. Jadi, zenius punya tiga tingkat member: Free-member, Regular-member dan Premium-member. Perbedaan ketiganya adalah jumlah video yang dapat di akses. Pertama, Free-member yang kayak gue pertama kali(sangat terbatas aksesnya), kemudian Regular yang udah registration(agak banyak video yang dapat di akses) dan terakhir Premium yang udah beli vouchernya (full-access).

                Jiwa pelajar gretongerz(gratisan) plus prinsip ekonomi membuat gue registrasi akun regular dan buka semua video yang bisa di buka. Di mayoritas video, para tutor yang ngomongnya jarang banget yang pakai bahasa formal, mayoritas pake  kata “Lo dan gue” . Jadi, dijamin (berani banget wkw) belajarnya (belajar SBMPTN dan kehidupan) lancar jaya. Belajarnya pun gak sekadar gugurin kewajiban kurikulum doank. Contohnya, di Biologi, coba lo buka Bab Substansi Genetik. Di video pertama dijelasin, analogi buku dan gen yang ngemudahin banget (dan ngubah pandangan gue tentang Biologi sebagai hafalan) biar kita dapat tuh cara imajinasiin tubuh, sel, gen, dna, kromosom dll.

                Awal kelas 11, gue dibeliin voucher zenius yang 12 bulan biar dapat bisa buka semua video. Waktu itu, gue belinya di Depok Town Square dekat parkiran. Setelah sampai di rumah, tentu, bagian pertama yang gue buka adalah section zeniuslearning (yang sebelumnya cuma kebuka beberapa video aja). Zeniuslearning dibagi jadi beberapa bab  yang bakal gue bahas sebagian besar.

                Pertama, Battleground &Challenge, yang jelasin perbedaan Tes Evaluasi (UN) vs Tes Seleksi (SBMPTN & UM). Apa sih konsep si pembuat soal itu? Apa tujuan keduanya? Dan sebagainya.


                Selanjutnya, Self-Concept. “Apa sih self-concept? Konsep diri. Cara lo nih mandang segala sesuatu. Elo adalah hasil dari pikiran-pikiran lo. ”, kata Sabda yang gue inget di video itu( diucapkan dengan suara menggelegarnya).  Di sini juga, Sabda ngasih tau beberapa lifehack buat ningkatin kinerja otak, diantaranya olahraga, minum omega 3 dan gunain wikipedia serta Encarta.  Di video-video selanjutnya, ngomongin habit paling kena di gue sampe sekarang : Proaktif.  Proaktif tuh, lo adalah kayak Sabda bilang di awal-awal video (Elo adalah produk pikiran-pikiran lo). Misalnya contoh kasus gini : ada kakak sama adeknya, nah kakaknya gara-gara di suatu lomba pada umur 5 tahun menang dan dia akhirnya di bilangin kalo dia tuh dibilangi ‘pinter,pinter,pinter’ terus sama lingkungannya, sedangkan adeknya yang lahir kemudian di umur yang sama gak mencapai itu dan terus di bilangin sebaliknya ‘dodol-dodol-dodol lu’. Akhirnya apa? Kakaknya makin pinter gara-gara dibilangin begitu dan adeknya malah makin ‘dodol’ gara-gara nganggap dia ‘dodol’. Nah, inilah maksudnya proaktif. Ini yang bikin gue tau kenapa gue pinter Matematika(#gasombong). Dan ini juga yang makin ngebuka batasan pikiran gue akan pelajaran-pelajaran yang selama ini gue anggap hafalan semata.


                Goal & Motivation. Banyak orang punya banyak tujuan, tapi hanya sedikit tujuannya yang tercapai. Kenapa? Karena mereka gak punya motivasi atau motivasi mereka gak sustainable. Pernahkan lo lagi semangat-semangatnya belajar namun di lain waktu males-malesan. Di Goal & Motivation, dijelasin kalo tujuan tuh harus tertulis, di review dan diimajinasikan. Tujuan lo tuh harus punya “why” nya. Dan “why” atau reasonnya itu harus kuat secara emosional.   

Tujuan tertulis buat bisa B. Inggris.
Walaupun, setengah dari ini gagal sih gara-gara terlalu strict dan maksa. 


Tujuan buat bisa B. Jepang.
Sama kayak B. Inggris, gagal gara-gara standarnya ketinggian
(gue ketawa sekarang ngeliat setahun yang lalu nulis lulus N2+N1 seenak udel wkawk). 


                Important Thinking Tools. Di sinilah lo bakal diajarin Scientific Thinking. Gimana cara berpikir kritis. Bahwa seorang scientist (semua orang harusnya scientist) harus bisa berpikir, “ini info dari mana sih” dan memverifikasikannya untuk menjadikkan sebuah knowledge. Segala sesuatu itu punya sebab, sesuai bunyi “The Law of Casuality”. Di video belakang-belakang, ada video efektif vs efesien dan berpikir kontekstual.


                Terus,  Masalah Belajar dan Solusinya, yds lah, keliatan dari namanya. Masalah yang paling populer dalam belajar adalah MALAS.  Kenapa malas? Karena banyak distraction. Misalnya kalo lo belajar di ruang keluarga, bayangin aja tuh bunyi sinetron dari TV, orang-orang yang lewat di depan lo dan lain-lain. Terus, jangan pakai lampu yang terlalu terang dan jangan pake musik(kalo pun pake bagusan yang instrumental) . Intinya sih , “Jadikan belajar dan tools belajar lo adalah hal yang paling utama saat belajar”

                Lanjut lagi, Learning How to Learn. Gimana cara belajar? Paling utama belajar harus GUNA(yang ini udah gue bahas diatas). Selanjutnya, Learning How to Learn ngajarin gue cara-cara praktikalnya. Pertama, Mindmap. Gue sih sebelum ini udah pernah buat Mindmap, tapi gue melupakan satu hal penting, “Mindmap itu harus lu nya itu semengerti mungkin dan terus di update”. Selama ini gue seringnya, ya…sekadar gambar doank lah. Kedua, belajar dengan simbol dan imajinasi. Misalnya, F=ma atau lebih enak a=F/m. Bayangin sebuah benda, kalo gayanya lebih gede, ya percepatannya lebih kenceng. Tapi, kalo bendanya lebih berat, lebih susahlah buat di dorong. Itu yang dimaksud simbol dan imajinasi.



                Lanjut terakhir, Time Management. Di sini dikasih tau tentang skala prioritas, bedain 4 macam kebutuhan(penting-mendesak,penting-tidak mendesak, tidak penting-mendesak, tidak penting-tidak mendesak), gimana cara alokasiin waktu ke daftar-daftar penting-ga penting tadi,  terus masukin ke rencana-rencana besar dan bagi ke rencana-rencana kecil.

Hasil Time Management dan https://www.zenius.net/blog/13061/jadwal-belajar-sbmptn
Klik kanan, Open New Tab untuk Memperbesar Gambar

Klik kanan, Open New Tab untuk Memperbesar Gambar


                Overral, zeniuslearning adalah bagian pembuka yang hampir sangat baik di zenius. Beberapa bagian gue kurang setuju, misalnya tentang omega 3 ataupun belajar sambil mati lampu tapi secara keseluruhan zeniuslearning menjalankan kewajiban yang ditanggung namanya dengan sangat memuaskan.

***

                Sekarang, pindah ke sesi materinya. Di tab atas tersedia tulisan : SD, SMP, SMA dan SBMPTN. Nah, ada SD dan SMP juga tuh. Karena gue punya dua adek,jadi  satu akun Premium tuh bisa juga di pake sama adek gue yang masih SD dan SMP. Syaratnya sih (kalo kata gue), jangan pakai (ngelogin) sekaligus 1 akun itu di tempat beda (belom pernah nyoba juga, takut di banned wkwk ). Karena gue seringnya nonton SMA, jadi yang gue cuma bisa ngomong pelajaran-pelajaran SMA.

                Matematika
                Pelajaran pertama, tentu pelajaran favorit, Matematika. Satu hal paling keren di section ini adalah Postulat. Postulat di Matematikanya Sabda ada 3 :  

                Meskipun keliatannya agak you don’t say´ sekarang, coba terapin postulat-postulat tersebut waktu ngerjain matematika. Misal ada begini : x+8=12, berapakah x? Dari SD lo kan pasti dibilanginnya begini, “8 nya dipindahin ke kanan jadi -8, terus x=12-8=4”. Naah, sadar gak , yang sebenernya lo lakukan adalah Postulat 2. Lo kasih kedua ruas f(z) yang f(z)=z-8 atau secara bahasa, mengurangi kedua ruas dengan angka 8. Itu… Selain itu, di bagian postulat inilah gue nemuin istilah (yang katanya) paling populer di zenius : kotak d kotak,segitiga d segitiga,  integral kodok d kodok, d bintang pangkat 4 dan joke-joke aneh lain yang terdapat pada postulat 1. Postulat  1 inilah yang bantu naikin level matematika gue ke arah yang lebih tinggi. Postulat 1 lah, yang ngebuat gue gak langsung buru-buru nyoret waktu ngerjain soal SBMPTN (yang keliatannya) ribet, padahal formasinya itu-itu juga.


                Fisika, aktor utamanya, Wisnu. Dulu inget banget, waktu kelas 10, ngafalin semua kasus atau rangkaian balok di Bab Dinamika Partikel dan Hukum Newton. Giliran, salah satu balok di halangin, atau di tempelin, gue lupa nih, rumus yang mana yang harus digunain. Udah keselip-selip pokoknya. Namun, sekarang, sejak pakai kliknik tongfang, zenius, gue jadi ngerti kenapa percepatannya kayak gitu. Sabar banget Wisnu jelasinnya secara pelan-pelan, kenapa gayanya dari sebelah situ, kok ada gaya itu, kenapa gayanya bisa dianggap gak ada dan sebagainya. Sekarang, kalo ngerjain soal-soal dinamika, gue dah bisa ngerjain dari gambar gayanya dulu. Selamat tinggal masa lalu yang kelam. Oiya..Wisnu juga punya channel pribadi di Youtube, coba liat-liat aja gimana dia ngajarnya.

                Biologi, dengan tutor yang pertama kali gue tau, Pras. Pras-lah yang bikin pandangan Biologi=Hafalan agak hilang. Pras-lah yang bikin gue belajar bahasa latin dan yunani (belajar prefix, sufixnya) doank buat ngereduksi suatu istilah (yang tadinya ribet) di Biologi. Kalo lo bandingin durasi semua video tutornya, Pras-lah yang punya durasi terpanjang. Selain, karena emang materinya yang agak panjang, kita dapet nih, integrasi apa yang kita pelajarin sama apa yang terjadi di dunia. Kalo mau liat Pras ngajar, cari aja di youtube channel dia : Prasdianto, dia punya list video tentang genetika dan evolusi yang ada di zenius yang bisa lu tonton secara gratis.


                Kimia, oleh Kak Yoki. Dulu, gue nganggep Kimia adalah pelajaran hitung campur-campuran sekumpulan alfabet yang gak guna yang lebih susah dari Mtk. Gue mulai buka-buka kimia(saking ga sukanya, nilai rapot hampir selalu pas KKM) pertama kali waktu satu bulan sebelum UKK(ujian kenaikan kelas).  Nah, karena gue yang ceritanya berikrar “Tobat Kimia Dulu buat SMA”, satu bulan itu mulai maksain belajar Kimia. Gue belajarnya dari ulang, dari kelas 10. Kak Yoki ini, waktu ngajarnya, setiap ada tindakan, ngasih alasan kenapa begitu. Misalnya yang gue inget, kenapa atom pada table periodik makin ke bawah makin gede adalah karena makin ke bawah, makin banyak electron, makin banyak yang ditampung, makin banyak juga lah ruang yang di butuhkan. Terus, gue belajar stoikiometri dan konsep mol secara bener-bener sampe paham di bawah sadar. Nah, selang 2 minggu kemudian, bab-bab penting kelas 10 selesai gue pelajarin. Dan itu sangaaat membantu banget buat gue pelajarin beberapa materi kelas 11 dengan sedikit cepat. Soal-soalnya pun sangat menantang. Gak sekadar masukin rumus doank. Soal-soal yang biasanya ada rumus singkatnya kayak di asam basa, dikasih tau kalo sebenernya rumus-rumus asam basa, diturunin dari konsep stoikiometri waktu kelas 10. Toplah…mudah-mudahan tobat kimia ini masih tahan sampe SBM nanti.

                Selama kelas 11, satu evaluasi : Gue gak serius make voucher zeniusnya karena masih ada distraction, pertama di sebelah tab zenius.net ada tab facebook sama kaskus, kedua kondisi internet yang gak lancar-lancar amat buat video. Akhirnya, kelas 12 gue beli xpedia 2.0 buat nuntasin itu.


***

                Xpedia 2.0 itu semacam paket belajar online+ofline. Jadi, kalo lo yang internetnya lelet, tinggal di pedalaman atau sebagainya, bisa tuh belajarnya via DVD. Satu paket xpedia ada  7 atau 8 DVD yang dibagi perkategori. Akhirnya, masalah internet gue tuntas. Tapi, kurangnya, video-video di VCD xpedia gak selengkap di zenius.net. Kalo gue, solusinya, “Cari dulu, ada gak di xpedia, kalo gak ada baru buka websitenya”. Gitu. Beralih ke onlinenya, ada tambahan selain voucher tadi. Para user xpedia dapet akses ke zenius.net/club. Di situ, lo boleh nanya apa aja, mulai dari pelajaran sekolah SMP sampee SBMPTN, nanya-nanya tentang jurusan kuliah ataupun masalah-masalah umum kayak pemanasan global, hoax, bahaya laten komunsi atau bener gak sih Flat Earth.

                Ada yang seru nih dari zenclub. Beberapa hari yang lalu, kita sempetin Gathering Zenclub 1.0. Jadi, kita-kita yang selama ini mungkin beda daerah, beda provinsi atau bahkan benda pulau, pada tanggal 18 Desember 2016 ngumpul di Warung Upnormal, Tebet. Di gathering  itu, acaranya kenalan secara langsung dan  sharing-sharing tentang PTN. Terus, juga datang para oshii user-zeni, Sabda, Wisnu, Wilo, Ijul , Glenn, Ari, Yoki dan Qoqom. Woohh…seneng banget lah, gimana rasanya ngeliat orang yang selama ini cuma keliatan suara atau tulisannya doank muncul di depan lo secara langsung. Di situ juga terbukti, orang-orang ini emang scientist sejati. Beberapa hasil dokumentasi teman : 
Salah satu momen hidup

Glenn ngasih pencerahan. Ari lagi megang Hape
Z

Lagi ngasih pencerahan

Kata Sabda, "Yang mau jadi 'ade kelas' gue ngumpul sini"

Wilo



***


                Akhir kata, dari artikel-artikel mind-blown blognya, zeniuslearning, pelajaran2nya yang diintegrasiin ke dunia, interaksi di club maupun grup linenya, Zenius adalah salah satu yang menerapkan secara benar-benar istilah Bimbingan Belajar. Sebuah teman yang membimbing lo untuk benar-benar belajar. 

Source :
zenius.net/
zenius.net/blog
zenius.net/club
https://www.youtube.com/channel/UCrQWcpC_w79wlOUkV6emQxQ
https://www.youtube.com/user/wisnuops

Read more ...

Sulap Zaman SD : Menebak Tanggal Ultah

December 15, 2016
                Inget gak, trik sulap “menebak tanggal ulang tahun”. Biasanya, pas SD(sekolah dasar) ini merupakan mainan sulap yang paling laris manis di beli selain yang “bola hilang”.

                Cara mainnya gini :
1.       Siapkan 5 buah kartu bewarna (merah, kuning, hijau, biru dan ungu) yang udah ditulisin 16 nomer ‘khusus’ di atasnya seperti gambar di bawah (entar saya jelasin ‘khususnya).
2.       Kasih 5 kartu tersebut ke satu teman kalian yang menjadi audiens secara berurutan (merah, kuning, hijau, biru dan terkahir ungu). Minta dia, buat bilang : ada, kalo pas kartu yang ditunjukin ke dia terdapat tanggal kelahiran dia dan tidak ada jika sebaliknya.
3.       Dengan info ada/tidak yang diberikan oleh audiens, kalian akan bisa menentukan tanggal lahir dia.



Contohnya, tanggal lahir saya 11. Maka, saya harus menjawab ada pada kartu merah, kuning dan biru.
Pertanyaan, bagaimana si pesulap bisa membaca pikiran audiens? Apa yang menarik dari angka-angka tersebut?

Jawaban :

Coba kalian perhatikan, konversikan tiap angka pada masing-masing kartu ke bilangan biner.
Misalnya, kartu merah   : (*sebelah kiri decimal, kanan biner)
1 = 00001
3 = 00011
5 = 00101
7 = 00111
9 = 01001
11=01011
13=01101
15=01111
17=10001
19=10011
21=10101
23=10111
25=11001
27=11011
29=11101
31=11111

Apa yang dapat kalian simpulkan dari angka-angka pada kartu merah ini?
Jawab : (i) mereka semua ganjil; (ii) mereka semua mempunya digit terakhir (ke-5) yang hidup(ditandai dengan ‘1’)
Mana nih yang betul?

Sekarang coba perhatikan kartu kedua! Konversikan semua angka decimal disitu ke biner.
2=00010
3=00011
6=00110
7=00111
10=01010
11=01011
14=01110
15=01111
18=10010
19=10011
22=10110
23=10111
26=11010
27=11011
30=11110
31=11111
Apa ciri-ciri yang sama dari 16 bilangan di kartu kuning ini?
Jawab : mereka punya digit ke-dua dari belakang yang hidup / bernomor ‘1’.
Sampai disini, kita sudah bisa membuktikan bahwa kesimpulan (i) dinomor pertama tidak konsisten dengan kesimpulan pada kartu kuning. Namun, kesimpulan (ii) masih sesuai. Kedua kartu memiliki ciri yang setara.
Sekarang lihat kartu ke-3 yang bewarna hijau. Coba konversikan seperti tadi.
4=100
5=101
6=110
.
.
.
28=11100
29=11101
30=11110
31=11111
Kesimpulannya mirip. Semua digit ke-3 nya hidup.
Sekarang coba kalian lakuin itu buat kartu biru dan ungu. Kalian bakal dapat kesimpulan yang sama?


Nah, keliatan kan yang sebenernya ditanyakan pesulap, saat pesulap nanya : (*== maksudnya/ ekivalen dengan )
Ada hari ultah lu gak di kartu merah ini? == Digit ke-1 dari belakang hari ultah lu hidup gak?
Ada hari ultah lu gak di kartu kuning ini? == Digit ke-2 dari belakang hari ultah lu hidup gak?
Ada hari ultah lu gak di kartu hijau ini? == Digit ke-3 dari belakang hari ultah lu hidup gak?
Ada hari ultah lu gak di kartu biru ini? == Digit ke-4 dari belakang hari ultah lu hidup gak?
Ada hari ultah lu gak di kartu ungu ini? == Digit ke-5 dari belakang hari ultah lu hidup gak?

Jadi, misalnya tanggal lahir saya 11. Maka saya akan menjawab ada di kartu merah, kuning dan biru karena 11 dalam basis biner adalah 01011.

Tau ga cara ngubah dari biner ke desimal atau sebaliknya?
http://www.wikihow.com/Convert-from-Binary-to-Decimal


Penjelasan dengan Gambar


Kesimpulannya, secara umum kartu ke-i (merah i=1, kuning i=2; ungu i=5) tadi menandakan on/offnya bit ke-i dari belakang tanggal yang audiens pilih. Selesai!


Pertanyaan diskusi, bisa gak trik ini dilakukan dengan menggunakan basis 3, hexadesimal dan basis-basis yang lain? Kalo iya apa syaratnya kalo engga kenapa?

 Source : 
https://brilliant.org/wiki/mind-reading/
Read more ...

Bolang Jakarta Bagian III : Istiqlal, Katredal dan Monas

December 14, 2016
Bagian I disini.

Bagian II disini.

                Setelah insiden cireng dan bus gratis, kami memutuskan ke Istiqlal dengan KRL. Saat sudah masuk ke stasiun dan bersiap-siap tap-in, saya baru sadar kalo kartu multi-trip saya hilang(entah hilang atau saya lupa naruh dimana). Saldonya sih gak terlalu banyak(dibawah 20ribu/15 malah) , tapi harga beli kembali kartunya itu yang relative mahal buat kantong pelajar seperti saya yang saya sesalkan. Yaudah, sembari kartunya belum ketemu, terpaksa saya beli kartu THB dengan tujuan St. Juanda. Menunggu sekamir 10 menit, KRL tersebut akhirnya berangkat. Jarak dari St. Jakarta Kota sampai St. Juanda yang hanya berkisar 4-5 KM membuat perjalanan hanya membutuhkan waktu 15 menitan.

***

                Tiba di St. Juanda dan keluar dari pintu Selatan, Masjid Istiqlal langsung terlihat lengkap dengan rute ke sana yang melalui sebuah jembatan penyebrangan. Turun dari jembatan penyebrangan, kami langsung masuk dari pintu terdekat. Berjalan sesaat, Tio melihat papan bertuliskan “Jamaah masuk lewat pintu al-fattah” yang menunjuk ke bagian Timur dari pintu masuk kami tadi. Tapi, di dekat saya di sebelah pintu bernomor 23 ada tulisan sama persis, tapi menunjuk ke arah sebaliknya. Setelah berunding sesaat, kami berjalan mengikuti arah Barat. Ternyata, papan pertamalah yang benar, yang kemudian membuat kami harus berjalan berevolusi(read :mengelilingi) Istiqlal 270 derajat sampai pintu Ar-Razzaq yang ternyata bisa dimasuki juga. Jam menunjukkan pukul 15.50, yang artinya azan Ashar udah lumayan lama lewat. Setelah tidur-tiduran ‘sebentar’ , saya baru mengambil air wudhu jam 16.30an. Sholat. Jam 16.50 an urusan spiritual selesai. Saatnya melanjutkan petualangan.  Dari Istiqlal, terdapat dua pilihan : monas dulu atau Katredal dulu. Setelah berdiskusi yang terpilih adalah Katredal dulu.

***

                Sebenernya, saya yang paling pingin masuk Katredal. Jadi, saya punya target pribadi: “Sebelum lulus SMA, harus udah pernah berkunjung ke setiap rumah ibadah 6 agama di Indonesia (Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha dan Khonghucu). Sampai sekarang, baru dapat 5 dari 6 tersebut. Pertama yang saya kunjungi, tentu aja Masjid tempat ibadah Islam lah kwk. Lebih lagi karena saya berasal dari Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, bener-bener kerasa syariat Islamnya, di mana bisa dengar ada peraturan “cewe kalo duduk dimotor harus nyamping”. Kedua, Protestan, waktu saya SD, pernah diajak temen ke Gereja deket rumahnya. Karena saya masih SD, ya biasa aja, waktu itu lagi kosong kalo ga salah. Ketiga, Buddha, yaitu Candi Borubudur, meskipun saya belum benar-benar dapat feel ritualnya karena tempat tersebut juga merupakan tempat favorit dari para turis. Keempat, Hindu, yaitu Candi Prambanan dan beberapa Candi yang lain(lupa). Nah, yang Hindu ini paling dapetnya waktu saya ikut Study Tour ke Bali kemarin. Kerasa banget, gimana kalo kalian tinggal di lingkungan mayoritasnya. Di tiap sudut jalan, ada sesajen, bahkan di dalam hotel ada sesajen, ada polisi syariat Hindu(saya lupa namanya) yang berjaga setiap malam, dll. Kelima, Khong Hucu dengan tempat ibadah kelenteng. Dalam perjalanan Study Tour ke Bali, smansa (sekolah saya) yang menggunakan bis melewati daerah Semarang dulu sambil mengunjungi Kelenteng Sam Poo Kong yang merupakan bekas tempat persinggahan dan pendaratan pertama seorang Laksamana Tiongkok yang bernama Zheng He / Cheng Ho. Nah, sisanya tertinggal Katolik dengan tempat ibadahnya Katredal. Kemarin, saya berkesempatan “sedikit” menghilangkan rasa penasaran saya tentang Katolik. Udah 12 tahun lho di Jakarta, udah lebih dari 30-40 kali ‘cuma’ lewat doank di depannya sambil memendam hasrat buat ke dalam.

                Gereja Katedral Jakarta (nama resmi: Santa Maria Pelindung Diangkat Ke Surga, De Kerk van Onze Lieve Vrouwe ten Hemelopneming) adalah sebuah gereja di Jakarta. Gedung gereja ini diresmikan pada 1901 dan dibangun dengan arsitektur neo-gotik dari Eropa, yakni arsitektur yang sangat lazim digunakan untuk membangun gedung gereja beberapa abad yang lalu. (Wikipedia Indonesia)

                Katredal dapat ditempuh hanya dengan menyebrangi satu jalan raya dari Istiqlal. Setelah sebentar mencari tata tertib yang harus dipatuhi, kami berlima pun masuk ke dalamnya. Perasaan gak enak giamana gitu masih tetap ada. Cuma rasa penasaran saya (dan teman-teman) lebih besar sepertinya. Nuansa neo-gotik dan arsitektur khas bangunan gereja di Eropa sangat kental terasa. Dari depan tampakn terdapat tiga puncak menara yang menjulang tinggi. Sebelah kiri, menara Benteng Daud yang melambangkan Perlindungan Bunda Maria dari kegelapan.  Sebelah kanan, Menara Gading yang ditandai dengan adanya sebuah jam, yang melambangkan Kesucian Bunda Maria. Satu lagi, menara yang terletak ditengah bernama Menara Angelus Dei yang terdapat salib diatasnya. Pada Menara Angelus Dei, tepatnya di bawah sedikit, terdapat sebuah patung Bunda Maria yang didekat situ terdapat tulisan “Beatam Me Dicent Omnes Genaerationes” yang berarti “semua keturunan menyebut Aku bahagia”. Didekatnya terdapat jendela bercorak Rosa Mystica sebagai lambang dari Bunda Maria yang disebut Rozeta. Di depan Menara Angelus Dei dan yang juga merupakan pintu masuk ke dalam inilah orang-orang sering berfoto. Waktu itu, saya melihat rasanya bukan orang Jakarta sini yang sedang berfoto di depan, dilihat dari mukanya seperti orang Maluku/Sulawesi yang sedang berkunjung ke Jakarta(mungkin dalam rangka merayakan Natal dan Tahun Baru).

3 Menara Katredal
Patung Bunda Maria di pintu masuk


Bukti pernah masuk kwk
                Setelah melihat-lihat bagian tengah, kami berjalan ke bagian kanan Gereja. Terdapat sebuah lorong di sana yang baru saja di lewati dua orang pemuda (yang nanti diketahui ternyata mereka Muslim). Bagian kanan Gereja Katredal, hanya terdapat sebuah pintu untuk masuk ke gedung utama(yang terkunci sepertinya) dan pintu belakang tempat orang-orang sekitar masuk dari jalan. Agak aneh ketika orang melihat lima pemuda (kami) berjalan tanpa arah dengan kecepatan yang sangat pelan. Kembali ke halaman utama, kami hanya berfoto-foto mendokumentasikan keindahan arsitektur bangunan bersejarah ini.

                Saya yang beberapa hari lalu, searching di internet dari beberapa blog, jadi tau ada sebuah museum yang katanya worth banget buat dikunjungi di lantai 2 dari Katredal. Setelah bertanya ke petugas parker, ternyata museum tersebut hanya buka pada hari Senin, Rabu, dan Jumat pada jam 10.00-12.00. Hhhmm..sangat singkat. Di tambah, saat mengintip ke dalam gedung utama, umat Katolik sedang melaksanakan Misa, berarti kami datang di waktu yang kurang tepat (mendekati Hari Natal). Berarti, lain kali saya harus datang di waktu tersebut, yang mana waktu tersedianya (saya bisa) hanya saat liburan ini atau setelah SBMPTN nanti. Gagal masuk ke bagian tengah, kami menyusuri bagian kiri. Hal pertama yang kami temukan adalah sebuah Patung Burung Garuda lengkap dengan tulisan Bhinneka Tunggal Ika-nya. Mengingat kejadian konflik politik berkedok agama sebulanan terakhir membuat patung ini terasa sangaat bermakna. Di bagian belakang, terdapat Goa Maria. Beberapa orang, terlihat memohon doa dengan khidmat di situ.  Kesimpulan bagi saya, wisata religi ini terasa kurang lengkap karena belum bisa melihat kondisi di dalam gedung utama secara langsung dan museum yang ada di lantai dua-nya. Lain kali harus dapet!!


Semangat Bhinneka Tunggal Ika!
Goa Maria. Tidak sempat foto. Gambar diambil dari google.

***

                Jam 17.50, kami keluar dari Katredal, lalu membeli bakpao buat mengganjal perut sambil menonton pertengkaran seorang ibu dengan tukang parkir. Selesai menonton makan, kami melanjutkan perjalanan ke monas. Puncak monas memang terlihat dekat, namun rupanya lumayan jauh buat di tempuh dengan berjalan kaki. Sekitar 400 meter dari Katredal. Sampai di salah satu pintu, ternyata pintu tersebut terkunci. Alhasil, bertambahlah 100 meter penderitaan kedelapan kaki tersebut (kaki Ijal infinite power). Seenggaknya, selama ½ kilometer tersebut, kami dapat melihat gedung-gedung nomor 1 di Indonesia seperti Gedung Kementrian Dalam Negeri, Gedung Kementrian Perhubungan, Gedung Mahkamah Konstitusi dan yang paling utama Istana Negara. Suasana langit sore Jakarta dengan paduan warna biru dan orange pun menemani selama 500 meter tersebut. Jam 18.20an akhirnya sampai monas. Karena sudah sangat capai, kami hanya duduk saja di depan Monas sembari menikmati Monas yang awalnya putih disinari warna merah.

Merah putih

Suasana Jalan Merdeka 


Fotografer


***

                 Jam 18.40, kami balik ke St. Juanda dengan menggunakan dua bajaj berharga Rp20.000.  Sampai di stasiun, kami menjalankan ibadah, lalu makan sebentar. Karena dari St. Juanda, gak banget lah kalo berdiri sampai St. Debar. Jadi, kami balik ke St. Jakarta Kota dulu(yang ternyata merupakan pilihan yang salah karena terdapat 2 KRL kosong yang lewat selama perjalanan ke St. Jakarta Kota). Jam 20.00, kami baru berangkat dari St. Jakarta Kota. Sampai di St. Depok Baru jam 21 atau 9 malam lewat.

***

                Kemarin adalah pembuka liburan yang cukup worth banget. Thanks buat Kota Tua(dan isinya) dan Katredal serta Monas buat pengalamannya. Thanks Tio(beberapa foto di sini dari Tio), Ijal(sumber foto di sini dari kamera Ijal), Gibran, Ogy buat petualangannya. Next, Kinokuniya(abis SBM).

Source :

https://www.facebook.com/profile.php?id=100011072685525&ref=ts&fref=ts
https://www.facebook.com/arditio.riski?ref=ts&fref=ts


                
Read more ...

Bolang Jakarta Bagian II : Museum Seni Rupa dan Museum Bank Indonesia

December 13, 2016
                Bagian I disini

***

                Setelah keluar dari Museum Fatahillah, kita berjalan keluar ke jalan raya lalu masuk lagi ke dalam Kota Tua. Tempat selanjutnya, Museum Seni Rupa dan Keramik, tepat terletak di sebelah kanan dari pintu masuk Kota Tua. Harga tiket untuk masuk kesini  sama seperti tadi, Rp5000 dewasa, Rp3000 mahasiswa dan Rp2000 pelajar. Dengan menyerahkan Rp2000 untuk tiket kategori pelajar kami pun masuk.

                Dulunya gedung ini bernama asli Gedung Raad van Justitie, gedung yang digunakan pemerintah Belanda sebagai lembaga Peradilan Tertinggi Belanda. Pasca kemerdekaan, awal-awal Orde Baru, tepatnya tahun 1967, gedung ini menjadi kantor walikota Jakarta. Sepuluh tahun berlalu, bapak Presiden Yang Mulia Soeharto mengubah fungsi gedung ini menjadi Gedung Balai Seni Rupa. Kemudian, Ali Sadikan sebagai gubernur Jakarta yang pertama menambah berbagai koleksi keramik ke dalam gedung ini. Sampai akhirnya, jadilah gedung ini sebagai Museum Seni Rupa dan Keramik.

Tampak depan Museum Seni Rupa dan Keramik

                Kesan pertama yang saya dapat ketika melihat gedung Museum Seni Rupa dan Keramik adalah tampak depan darinya mirip banget sama bangunan terkenal di Athena, Yunani. Memasuki dalam gedung, terdapat 3 bagian : kiri, tengah yang utama dan kanan. Secara random, lima manusia itu memasuki bagian sebelah kanan. Bagian kanan dari pintu masuk Museum Seni Rupa dan Keramik hanya terdiri dari berbagai macam benda keramik (yang menurut Ijal, hanya bernilai karena waktunya) kuno perabotan rumah dasar bekas kecelakaan kapal Portugis. Menyusuri museum dari lorong kanan, di ujung bagian tersebut terdapat papan petunjuk bertuliskan Mushola. Karena waktu yang menunjukkan pukul 11.50-an, kita berhenti sejenak untuk penyegaran jasmani dan rohani(sholat).

                Setelah sholat, dari arah belakang kami berbelok ke arah Selatan. Di sebuah dinding terpampang tulisan “Ruang Masa Orde Baru”. Ruangan ini berisi keramik-keramik zaman Orba. Lanjut berjalan, sampai ke bagian kiri museum. Jika dari tadi koleksi keramik, sekarang saatnya melihat lukisan-lukisan bernilai tinggi.

                Lukisan-lukisan di sini, dikategorikan berdasarkan masa atau periodenya. Ruang pertama, ruang Masa Raden Saleh yang berisi karya-karya periode 1880-1890. Ruang kedua, ruang Masa Hindia Jelita (karya-karya periode 1920-an). Ketiga Ruang Persagi (1930-an). Ruang keempat, Ruang Masa Pendudukan Jepang(1942-1945). Ruang kelima, Ruang Pendirian Sanggar(1945-1950 yang di mana pada masa ini para seniman, pelukis, budayawan, dan sastrawan sering berkumpul mengadakan berbagai kegiatan dan latihan. Affandi dan S. Sudjojon, dua seniman lagendaris Indonesia lahir dari masa ini. Ruang keenam, ruang Kelahiran Akademis Realisme(1950-an). Ruang selanjutnya, periode 1955-1965, Partai Komunis Indonesia dengan Lekranya menaungi banyak pelukis pada masa itu, diantaranya Hendra Gunawan, Trubus, Djoko Pekik, Amrus Natalsya, dan Henk Ngantung. Terakhir, Ruang Seni Rupa Baru Indonesia (1960-sekarang.) Masa Akademi Seni Rupa ditandai oleh bermunculannya sekolah tinggi seni dengan berbagai jurusan. Disini terdapat tulisan yang berisikan asal mulanya Fakultas Seni Rupa dan Desain(FSRD) ITB. Jadi, pada tahun 1947 di Bandung didirikan lembaga pendidikan seni rupa yang meneriman mahasiswa sebagai calon guru gambar di bawah naungan fakultas teknik(iya kalian tidak salah dengar, fakultas teknik pencari calon guru gambar kwk). Terus, demi terwujudnya hal tersebut, pada tahun 1956 berdiri Seksi Seni Rupa yang menjadi cikal bakal Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB seperti yang kalian kenal sekarang.
Ruang Masa Orde Baru 





Seniman



Pengamat lukisan


Fotografer kita(2)





Lukisan terbaik disini menurut saya




                Berjalan keluar dari ruangan tersebut, kami ke ruang utama di tengah. Disini terpampang 3 atau 4 lukisan besar yang sangat menakjubkan sepanjang dinding ruangan.
Jakarta setelah sebuah insiden kebakaran / konflik


***
                Hape saya menunjukkan pukul 13.00 lewat, karena riuhan demonstrasi di lambung yang menuntut kesejahteraan. Kami pun keluar dari Museum Seni Rupa dan Keramik dan sejenak keluar dari Kota Tua untuk mencari makanan di sekitar jalan raya. Target pun ditemukan. Ada sebuah tempat makan terbuka di pinggi jalan raya, tepat di samping pintu keluar Barat Kota Tua. Karena ini masih lingkungan wisata, jadi saya harus menerima konsekuensi jus alpukat yang biasanya Rp7.000-Rp8.000 berharga Rp11.000 disini. Demonstrasi di daerah lambung pun berangsur-angsur mereda. Para enzim dan asam lambung menunjukkan iktikad baik untuk segera ke aktivitas normal mereka.

***

                Setelah makan, tujuan berikutnya adalah Museum Bank Indonesia. Karena kami tidak tau persisnya terletak dimana, jadi saya bertanya ke seorang petugas. Ia menunjukkan bahwa Museum BI terletak di luar Kota Tua, kita bisa berjalan kaki menuju arah belakang Museum Fatahillah sebelah kanan, menelusuri jalanan yang dipenuhi berbagai seniman Betawi, belok kanan, menyebrang jalan lalu sampai. Ada tips, dari bapak petugas tersebut, “Hati-hati ada kakek-kakek, suka ilang”. Kami pun  mengiyakan dan langsung menjalankan prosedur. Beberapa menit kemudian, sampailah di Museum Bank Indonesia.
Tampak depan Museum BI

                Museum Bank Indonesia adalah sebuah museum yang menempati area bekas gedung Bank Indonesia Kota yang merupakan cagar budaya peninggalan De Javasche Bank yang beraliran neo-klasikal, dipadu dengan pengaruh lokal, dan dibangun pertama kali pada tahun 1828. Museum Bi buka setiap hari dari jam 8 pagi sampe jam setengah 4 sore, atau jam 4 sore pas weekend. Hari Senin dan libur nasional tutup. Oiya, pas hari Jumat juga akan tutup selama satu setengah jam hingga jam 1 siang dikarenakan solat Jumat. Kami sangat beruntung karena katanya besok(hari Minggu) dan lusa(maulid Nabi) sesuai aturan museum ini ditutup untuk umum. Berbekal Rp5.000 rupiah, dan menitipkan tas dan jaket kami berlima pun masuk ke dalam.

                Rute mengelilingi Museum BI adalah mulai dari sebelah kanan terus berputar ke belakang sampai akhirnya keluar dari bagian kiri museum. Yaudah, langsung aja, bagain kanan pertama adalah sebuah ruangan yang berisi teks sejarah umum dari Bank Indonesia serta 4 TV yang tersambung mendukung penjelasan umum teks tadi. Lalu, langkah kaki pun bergerak melanjutkan perjalanan melewati sebuah ruangan cukup gelap yang hanya tersinari lampu-lampu disko yang membuat pantulan gambar kosmos kita tercinta sepanjang dinding ¾ lingkaran.

                Habis gelap terbitlah terang. Ruangan berikut berisi kostum tentara yang ditanam di lantai dengan display kaca tebal, logo-logo BI dari masa ke masa yang terbuat dari kayu, diorama lengkap dengan patung-patung yang mirip kayak orang beneran(ada hal menarik : di salah satu sudut ada 2 patung yang ceritanya 2 orang berpakaian jas saling membicarakan masalah keuangan, lalu ada patung orang Cina lengkap dengan pakaian tradisional dan kumis panjangnya lagi mengambil uang dari brankas untuk diserahkan kepada 2 orang(patung) tadi itu, pertanyaan saya : kenapa harus Cina? *no SARA kwk).
Kumpulan penjelajah dunia

Baju tentara Belanda dulu

Baju tentara Jepang dulu





Kenapa harus yang ngambil harus diaaa!!


                Selanjutnya adalah Ruang pamer yang yang menceritakan perkembangan sejarah Bank Indonesia yang terbagi menjadi 5 periode.  Periode 1, Menuju Negara Modern. Menceritakan keadaan negara yang masih belia, yang baru saja merasakan hawa kemerdekaan. Namun tugas besar Bank Indonesia sebagai pengatur peredaran uang dan perbankan Indonesia telah menanti. Periode 2, Membangun Sikap Kebangsaan. Di masa ini, pembangunan ekonomi negara agak morat-marit akibat politik konfrontasi. Kebutuhan pembiayaan pembangunan sangat besar namun penerimaan sangat terbatas. Periode 3, Ekonomi Sebagai Haluan Negara. Pergantian pemerintahan ke Orde Baru membawa angin segar bagi perekonomian. Berkat cadangan devisa yang meningkat dan Bank Indonesia fokus membangun sektor profuktif untuk mengendalikan inflasi. Periode 4, Globalisasi Ekonomi: Hilangnya Batas Negara. Perekonomian melaju pesat, investasi dan pinjaman luar negeri mengalir, namun tidak diikuti dengan kehati-hatian yang semestinya. Kegemilangan ekonomi ini jatuh dalam sekejap setelah nilai tukar rupiah jatuh. Periode 5, Krisis Segala Lini. Rupiah terpukul setelah krisis nilai tukar baht. Krisis nilai tukar berubah menjadi kirisis perbankan, di mana 16 bank lalu ditutup. Rupiah semakin terpuruk pasca kerusuhan Mei 1998. Pemilu 1999 yang berjalan lancar mampu membawa dampak positif bagi penguatan rupiah. Setelah ruang pamer, saya melewati ruang pemimpin de Javasche Bank(nama dulu BI), Syafruddin Prawiranegara. Keluar dari situ, ada sebuah ruang terbuka di tengah Museum BI. Nampaknya, para karyawan sedang memasang lampu-lampu untuk sebuah acara tertentu.



                Ruangan terakhir sebelum jalan keluar adalah spot terbaik dari Museum BI ini menurut saya. Ada sebuah ruangan berisikan koleksi uang kertas dan uang logam yang pernah beredar di Indonesia dan dunia lengkap dengan deskripsi yang sangat cukup. Ada uang yang berasal dari masa kerajaan Nusantara, uang zaman kolonial Belanda dan Jepang, uang khusus yang nominalnya mencapai Rp750.000 dan Rp2.000.000, uang token dan uang lainnya. Ada kumpulan etalase tipis yang bisa ditarik-tarik yang berisi hampir mata uang dari seluruh dunia yang tersimpan dengan cara yang sangat berkelas. Oya..satu hal yang kurang menyenangkan adalah waktu kami datang bertepatan dengan study tour sebuah SD dan SMP. Jadi, harus siaplah dengan larian dan teriakan bocah SD ataupun anak SMP yang sedang mengawali masa-masa awal mencari identitas diri. Setelah puas di ruangan tersebut, kami keluar dan duduk sebentar di kursi berbentuk uang logam bulat yang bolong tengahnya (kalo yang pernah nonton Avatar the Legend of Aang pasti tau) kami pun mengambil barang titipan tadi dan keluar dari Museum BI.


***

               Jam menunjukkan pukul 14.30 lewat, hampir jam 15. Setelah Tio dan Gibran membeli cireng dan duduk sejenak, kami berencana ke Istiqlal buat sholat. Ada sebuah insiden di acara duduk-duduk ini, yaitu saat Tio ngomong “Lu mau ga, Gy”(menawarkan cireng), Ogy yang melaksanakan hal normal yang biasa dilakukan pun langsung memakan cireng. Lima menit berlalu, Tio yang menunggu cirengnya untuk dikembalikan menemukan hal-hal ganjil. “Njeg, maksudnya bagi, bukan lu ambil semua” begitulah katanya kira-kira. Ogy menjawab, “Tadi lu ngomongnya, lu mau ga?, yaudah gua mau, gua makanlah. “Sep..dasar manusia kwk. Setelah insiden cireng, kami menemui sebuah bus wisata GRATIS hibah dari Tahir Foundation(orang kaya Indonesia), yang bertuliskan monas,balai kota, dan tujuan lainnya. Saat mau naik, petugasnya bilang, “naiknya dari seberang, dek”. Yaudah, saat melihat keseberang, kirain pintunya ada dua : satu pintu masuk, satu pintu keluar. Ternyata, yang dimaksud seberang adalah seberang di depan stasiun Beos tempat awal kami melihat antrian yang lumayan panjang. Dengan muka aneh setengah malu akawkaw, kami tentu saja tidak jadi naik bus GGGGRATIS dan berjalan kaki saja ke stasiun untuk naik kereta dengan tujuan St. Juanda.

Insiden cireng

Source :
https://www.facebook.com/profile.php?id=100011072685525&ref=ts&fref=ts
https://www.facebook.com/arditio.riski?ref=ts&fref=ts

Bersambung…
Read more ...