Minggu bermanfaat : Ikut Japan Fair Education 2016

November 09, 2016

                Beberapa hari yang lalu, tepatnya tanggal 30 Oktober 2016, gua berkesempatan buat ikut sebuah event pendidikan Jepang. Namanya Japan Fair Education(JFE) di Gedung Jakarta Convention Center(nantinya disingkat JCC aja), Senayan, Jakarta Pusat. Japan Fair Education, sesuai namanya adalah event dimana kita bisa berkonsultasi langsung dengan utusan langsung beberapa universitas dari Negeri Matahari Terbit atau Jepang. Ooya, meanwhile ada beberapa macam lainnya event sejenis ini, Cuma kata orang sih Japan Fair Education lah yang paling besar. Gua pun setuju dengan statement tersebut karena melihat daftar universitas yang hadir emang top-tiernya Jepang.

***

                Seminggu sebelumnya, di grup facebook Monbusho, ada yang punya inisiatif buat bikin sebuah grup buat siapapun yang berencana melanjutkan studi ke Jepang. Merasa memenuhi syarat, gua pun langsung taroh ID LINE di comment section. Beberapa jam kemudian, akhirnya dimasukin. Langsung dah tuh, kenalan, cipika-cipiki dan sebagainya. Ada yang dari paling dekat, Jakarta, sampai paling jauh dari Medan. Satu yang gua note di grup ini, beberapa orang udah ngambil start duluan. Ada yang udah ngambil TOEFL, EJU, SAT, bahkan ada applicant Mitsui dan GSEP tahun lalu. Sampai akhirnya, ada yang nyeletuk, “ada yang mau ikut JFE nanti, ga?”, dan beberapa orang sontak menjawab “aku/gue/gw/saya” termasuk gua di dalam himpunan orang yang menjawab tersebut. Dari himpunan orang yang mau ikut, kesemuanya dari wilayah Jabodetabek. 
***

                Hari-H pun tiba, gua berangkat dari rumah sekitar jam 9 pagi bermodal sepeda motor, tas yang berisi buku bacaan dan notebook(literary), serta selembar Soekarno-Hatta dan selembar lagi I Gusti Ngurah Rai(yang sebenernya duit tercuci (*literary again) selama dua hari di saku celana). Sampai di Stasiun Depok Baru jam 9.20-an, tiga menit kemudian Commuter Line yang ditunggu pun tiba.

Sepi.

                Sebelas stasiun terlewati, akhirnya Commuter Line sampai di Stasiun Sudirman. Keluar stasiun, gua melihat sebuah keganjilan. Gak ada satupun kendaraan yang lewat. Ternyata, Jalan Sudirman termasuk area yang dipakai untuk Car Free Day. Gua yang tadinya, mau naik kopaja 19 langganan setiap jalan di sekitar sini, akhirnya beralih ke Busway yang untungnya tak terlalu jauh.

                Busway yang dinanti pun tiba di Halte CSBD. Hal yang gak enak di busway adalah rame banget, penuh. Hal yang PALING gak enak naik busway pada saat Car Free Day :  banget, penuh, dengan orang keringetan yang suka selfi ga pada tempatnya. Kosentrasi asam laktat dalam busway pun meningkat dengan drastis dibanding biasanya.

Kumpulan orang-orang berkeringat

Best View Point.

Tak seperti Jakarta
Karena gua yang emang kurang siap buat rute naik busway, gue pun searching ke google dan disitu dikasih tau, kalo naik busway ke JCC turun di Halte Senayan. Gua yang biasa kesini (gak naik busway tapi) pun dengan pede mengira “ah ini mah di Halte BUNDERAN Senayan” kali maksudnya. Sampai di Bunderan Senayan dan nanya mba-mba loket, ternyata gua kelewatan dan disuruh balik ke Halte Polda Metro Jaya. Katanya, bisa lewat situ, deket, jalan kaki aja nyebrang komplek senayan. Ya, mba-mba loket itu bener, “deket”, 400 meter kira-kira. Cukup jauh buat seorang yang mager kaya gua.

***
Tampak depan
                Ah, sudahlah, yang penting sampai di tempat tujuan, JCC. Setelah sempat salah ruangan (malah masuk ke Islamic Book Fair),  nanya satpam dan disuruh nyebrang lewat tangga di dalam gedung. Akhirnya….. benar-benar sampai. Agak gondok juga, baru sampai jam 10.50, yang berarti gue kelewatan acara pembukaannya. Di sini, gua ketemu sama Hisbi(orang Bengkulu, merantau, baru sebulan di Jakarta, salut semangatnya) dan Renaldi(pinter, anak SMA super favorit di Jakarta).

Rame banget :( Yailah

                Masuk ke dalam, gua pun langsung mencari-cari Booth universitas idaman gue (yang ga tau diri ini huehueheu…), University of Tokyo. Sebagai universitas nomor satu di Jepang (berdasarkan ranking dari TopUniversity), UTokyo sangat popular bagi para calon applicant ini. Sekian banyak orang yang ngumpul di Booth UTokyo, gue kira cuma dikit dari mereka yang SMA. Tapi, setelah mengisi list of visitor di laptop professor (yang tidak gua mengerti cara kerjanya, pake Nihongo, “@” pindah tempat, tiap gua mencet huruf keluarnya kanji) ternyata banyak juga yang dari SMA.
Laptop aneh yang tidak gue mengerti
                Giliran konsultasi gua pun tiba. Karena profesornya dua-dua orang Jepang dan tidak bisa ber-Bahasa Indonesia maka terpaksa gue ngomong pakai Bahasa Inggris yang impromptu, dan sangat belepotan. “Sir, I’m a High School Student looking undergraduate programme in Computer Science in University of Tokyo. But, I found it in two different place : One in School of Science and the other one in The Third and Four years of College of Art and Science. What is the different between them, maybe the curriculum, focus?”. Dan jawaban dari professor tersebut sedikit membuat gua menyadari bodohnya pertanyaan gue -_-. “Sorry, I don’t know for it, but in our website there are specific contact for each School. You can ask them, directly.”
Favorite. 
                Setelah, beberapa saat menanyakan beberapa hal lain (yang lebih umum, tentunya) PEAK dan sistem Liberal Arts di UTokyo, gua pindah ke Booth lain. Sebenernya, pingin nanya lebih banyak lagi, Cuma ya… keterbatasan vocab, grammar, dan pemilihan kata yang gak natural(singkatnya, bahasa inggris gua jelek  -_-).
                Sekarang gue menyusun prioritas Booth yang gue kunjungi :
1. Cari yang ada orang Indonesia aslinya
2. Cari yang ada orang Jepang bisa bahasa indonesia
3. Baru cari yang orang Jepang yang bisa bahasa inggris aja(dan tentunya bahasa mereka sendiri lah).
***
                Tempat yang memenuhi syarat pertama, dan langsung terlihat. Waseda University. Universitas yang gua kunjungi kedua ini juga berlokasi di Tokyo. Ya, satu harapan gue buat kuliah adalah bisa kuliah di luar negeri dan gue lebih suka lingkungan metropolitan kayak Jakarta dibanding desa(Cuma kalo misalnya dapet ke LN, walaupun gak di kota ya, tetap bersyukur banget lah wkwk). Beberapa pertanyaan inti yang gua tanyakan disini : 1. Apa bedanya School of Fundamental Science dan School of Creative Science? 2. Ada beasiswa apa aja selain dari Monbukagakusho sendiri? Karena mba-mba yang nangani para konsulter Indonesia, gua agak lama di Booth ini dengerin penjelasannya beliau. Entah kenapa, gua ngerasa pernah ketemu mba-mba tersebut sebelumnya Cuma lupa dimana. (De javu, gua update kalo inget).Dua puluh menit terlewati, puas mendengar penjelasan yang dengan sabarnya dijawab oleh beliau. Gua pun berlalu.
Booth WasedaU

***
                Sekitar jam 11.40, announcer menginformasikan akan ada Seminar Beasiswa Pemerintah Jepang pada jam 12.00 tepat. Seminar yang dibawakan oleh seorang Bag. Pendidikan Dubes Jepang dan satu penerima beasiswa Monbukagakusho tahun sebelumnya itu berlangsung sekitar tiga puluh menit. Seminar ini berisi informasi general mengenai Monbukagakusho(cara pendaftaran, syarat, tanggal, dll) dan fakta/serba-serbi mahasiswa Indonesia di Jepang. Satu yang sangat memotivasi adalah jumlah mahasiswa Indonesia di Jepang adalah yang terbesar ke-7, di atas Amerika dan Malaysia huehuehue. Ooiya, tiba-tiba di ruangan ini ketemu Sabrina (temen sekolah).
Indonesian, 7th

                Seminar Monbu berakhir, dilanjutkan oleh seminar LPDP. Karena gua pasti gak dapat beasiswa ini, wong gue mau S1, itu beasiswa buat S2, ya gua keluar lah. Balik ke ruangan sebelumnya, melanjutkan perburuan informasi.
Booth ketiga, Shizuoka University. Daya tarik gua ke ShizuokaU ada dua. Pertama, ini salah satu dari sedikit universitas Jepang yang jurusan ilmu komputernya berdiri sendiri dengan nama Faculty of Informatics, tak tergabung ke dalam Faculty/School of Science seperti kebanyakan lainnya. Kedua, Asia Bridge Program(ABP). In the undergraduate program, candidates are recruited from India, Indonesia, Thailand, and Vietnam for an overseas or in-Japan admissions screening process. The ABP undergraduate curriculum provides all first-year students with an initial six months of intensive Japanese language training which prepares them to study in their major fields with Japanese students. “. ABP hanya ditawarkan ke sedikit Negara dan Indonesia termasuk di dalamnya. ABP juga memberikan enam bulan intensif Bahasa Jepang. Double bonus. Karena dua penangan konsulternya memakai Bahasa Inggris, gua hanya ikut mendengar._.
Kakaknya beasiswanya menarik
            Lepas dari Shizuoka, saatnya beralih ke Booth utama : Kedutaan Besar Jepang di Indonesia. Nah, kembali ke orang berbahasa Indonesia, yeah. Pertama para pengunjung diberi intro utama dulu, sedikit mengulang apa yang dijelaskan seminar tadi. Terus baru konsul satu-satu. Di sini, gue nanya beberapa hal penting seperti lama proses pendaftaran, apa aja yang disertakan saat seleksi berkas, seberapa berharganya sertifikat lomba/olimpiade sampai pertanyaan sederhana seperti jumlah mahasiswa Indonesia yang lolos relatif terhadap Negara lain, asal sekolah mereka kebanyakan darimana dll.
           
            Booth kelima, Osaka University. OsakaU adalah universitas kedua yang gue ketahui ternyata memiliki sistem Liberal Arts untuk First and Second Years mahasiswanya setelah UTokyo. OsakaU memiliki nilai unggulnya adalah : 1. Kota Osaka sendiri, gua seneng kota metropolitan. 2. Jurusan Ilmu Komputer disini ada di dua departemen, yaitu di Department of Engineering Science dan di Department of Information Science and Technology. Gue pun menanyakan professor disitu mengenai poin kedua ini. Jadi, katanya beliau, intinya yang di Department of Engineering Science itu lebih ke hardware dibanding yang di Department of Information Science and Technology. Professornya nanya, Computer Sciencenya kira-kira mau kayak gimana arahnya: Software Engineering atau Artificial Intelligent. Gua sendiri sih malah bimbang, dua-duanya menarik sih. Pingin sekaligus kalo bisa.
Pofesor yang make baju biru gokil (y)



           
            Pukul 15.00, Seminar Alumni dilangsungkan di ruangan yang sama dengan seminar sebelumnya. Isinya, sharing pengalaman yang dirasa cukup fenomenal, oleh Pak Budi kalo ga salah namanya. Jadi, ceritanya Pak Budi ini siswa biasa aja di sebuah SMA biasa di Kalimantan (rata-rata, ga jago bahasa inggis dsbg). Dia mau buat sesuatu yang gak biasa lah, akhirnya secara nekat(dan ga tau diri menurut temen-temennya saat itu) beliau daftar Monbu untuk program D3 tahun 2001. Eh..keterima. Udah tuh kuliah D3, karena bagus nilainya, bisa lanjut ekstensi ke S1. Masalah baru muncul waktu mau lanjut S2, beliau gak dapat beasiswa dan mutusin buat kuliah dengan biaya sendiri sembari kerja paroh waktu. Satu kata yang paling gue inget dari beliau: “Gak peduli lu professor atau  pejabat tinggi, di Jepang lu harus mau suatu saat kerja jadi buruh kasar pabrik.”. Dengan gaji ya..pas-pasan beliau sekitar 2 tahun kemudian lulus S2. Sekarang beliau, seorang Project Analys di Mitsubishi Jakarta dan bisa bercerita disini.
           
            Selesai Seminar Alumni, langsung di sambung Seminar JASSO dan EJU. Gak ada yang menarik diceritakan disini, karena gue udah tau sebelumnya sih. Jadi, gua malah sibuk ngerjain soal mtk yang lagi hot di salah satu grup LINE. Jam 16.00, gue udah pingin pulang. Tapi, sebelumnya mampir balik ke ruangan Booth buat ngambil brosure beberapa universitas lainnya : Keio University, Hokkaido University, Tsukuba University dan Kyushuu University.

Booth terakhir


***
                Jam 16.20, akhirnya gua beneran pulang. Ternyata,  baru sadar, di pintu belakang ada Halte Busway yang dekeeeet banget (sial), Halte Senayan JCC namanya.
                Bedakan Halte BUNDERAN Senayan dengan Halte Senayan JCC. 
                Perjalanan ke Stasiun Sudirman memakan waktu 15 menit. Cepat sekali. Sampai di Stasiun, karena Commuter Line masih di Kampung Bandan, dan produksi HCl di lambung makin meningkat gue mutusin buat beli makan di Stasiun. Jam 17.05 tepat, kereta tiba. Jackpot, sepi, gak biasanya Commuter dari Tanah Abang kosong Minggu sore. Mana ibu-ibu yang biasa belanja ke sono? Ah..sudahlah, yang penting gue harus nikmatin momen langka ini dengan duduk tenang, dan tidur sampai tujuan di Stasiun Depok Baru. Akhirnya, gua sampai di St. Debar jam 17.40, dan melanjutkan ke rumah naik motor.


                Akhir kata, makasih banget buat yang udah sempatin baca cerita aneh  ini. Gua harap, kedepannya bisa nulis lagi secepatnya ditengah terjangan tugas sekolah dan BT Kimia-Mtk.
Read more ...