Sebagai seorang siswa Indonesia, gua pastinya punya
pandangan terhadap apa yang gua dapatin di sekolah. Di tulisan ini, gua bakal
nuangin segalanya, gimana sih sekolah impian yang gua inginkan itu. Termasuk, apa yang bakal gua lakukan seandainya gua
adalah Menteri Pendidikan Republik Indonesia. Warning..!!! Tulisan ini penuh
dengan kebullshitan.
Pertama,
ketimpangan fasilitas antara sekolah di Ibukota dan pelosok, kota dan daerah,
Jawa dan luar Jawa, dan sebagainya.Masih banyak para teman kita yang belajar
dengan beratapkan alas yang mau roboh, atau bahkan tidak ada sama sekali. Bagaimana
mengatasinya? Perlu adanya peningkatan porsi APBN untuk pendidikan, perbaikan
pada birokrasi di tiap daerah dan sebagainya.
Lalu,
yang bakal gua bahas paling panjang. the
most important, kurikulum. Spesifically, sistem reward. Kurikulum
telah menghilangkan “fun of learning”. Penting untuk menyadari bahwa
setiap anak itu unik. Masing-masing mempunyai kemampuan dan kecerdasan di
bidang yang berbeda-beda. Nah, kurikulum kita telah melakukan kesalahan besar
(*Warning! Ini subjektif). Kurikulum telah menggeneralisasi setiap insan muda
Indonesia. Gua bakal menghapus UN.
Lah,
bukannya emang udah dipisahin ya…antar IPA dan IPS di SMA. Ya emang udah
dipisahin, tapi bukan itu yang gua maksud. Pemisahan ilmu gak segampang itu.
Emang ada, seorang matematikiawan yang juga Dokter? Di saat UN, para pelajar
adalah superman yang bisa menjadi Sastrawan, Matematikiawan, Ahli Biologi,
Insinyur, serta kimiawan sekaligus. Tapi, apa esensi mereka belajar hal
tersebut, mayoritas(mayoritas!!!) dari
mereka hanya menaruh informasi yang mereka tahan selama proses belajar mereka
ke sebuah kertas ujian, lalu melupakannya setelah selesai. Nah, maka dari itu,
seandainya gua Menteri Pendidikan, gua bakal menghapus sistem nilai itu.
Mundur
kebelakang dulu ya. Buat tingkat SD, harus ada foundation yang
kuat(banget) yang bakal dipakai disegala lini kehidupan. Mapel(Mata Pelajarannya
gimana?). Untuk kelas 1 dan 2, pastinya Agama dan PKn. Kelas 3, ditambah Matematika dasar dan Bahasa
Indonesia(bukan Sastra Indonesia). Kelas
4 sampai 6, ditambah IPS dan IPA dasar yang sebenarnya. Maksud gua gini, apa gunanya
anak umur 9 tahun buat tau, siapa yang menandatangani uang jajan mereka, atau
badan usaha adalah organisasi ekonomi yang menjadi penggerak utama pembangunan
ekonomi. Yang mau liat lebih lanjut kelucuan bisa dilihat disini.
Lanjut,
SMP kelas 1, ditambah Bahasa Inggris yang notabene bahasa Internasional, scientific
skill(bedakan dengan learning
science) dan dasar-dasar filsafat. Filsafat? Yak, tepat. Gua pingin, para
pembelajar tersebut gak asal terima percaya aja segala sesuatu yang datang ke
dia. Mereka harus tau, asal usul kenapa begini, kenapa begitu.
SMP
kelas 2 sampai 4, pembagian kelas dimulai. Tapi instead of pembagian
kayak sekarang(kelas mendatangi siswa), gua pengen sebaliknya, tiap sekolah itu
ada kelas fisika, ada kelas ekonomi, ada kelas sastra dan sebagainya. Jadi,
para siswa bebas milih untuk masuk ke kelas mana aja. Tapi,
pastinya harus ada kelas yang wajib diambil, antara lain : Bahasa
inggris, menulis, filsafat,public speaking, matematika, agama dan PKn. Tapi tenang, porsi
untuk kelas wajib ini mungkin hanya 25% dari keseluruhan. Evaluasinya gimana?
Kayak sistem mata kuliah aja, jadi buat lanjut ke SMA, para siswa harus
mencapai batas minimal mata kuliah yang diambilnya. Seandainya ia mau menjadi
sastrawan, ia harus lebih banyak mengambil kelas sastra ketimbang sosiologi dan
sebaliknya. Di tingkat yang panjang ini juga, harus dijelasin-sejelasnya esensi
dari disiplin ilmu itu sendiri, contohnya : Matematika bukan ilmu
hitung-hitungan, melainkan gimana cara berpikir yang bener, fisika bukan
matematika, ekonomi adalah cara memilih yang benar instead ilmu uang,
moral bukan agama dan sebagainya.
SMA
kelas 1,sistem kelas masih sama, hanya para siswa yang kira-kira telah 1,5
dekade di bumi , ditekankan apa itu integrasi ilmu. Mereka harus tau, dimana
posisi antar disiplin ilmu di dunia, gimana sih ilmu itu terkait satu sama
lain. Gimana, kok bisa munculnya obat
kanker dari bahan nuklir, bisa nyebabin Dr. Warsito di “buang” dari Indonesia,
gimana kok bisa sangat sedikit seniman di Indonesia ketimbang Negara maju,
gimana gejolak politik bisa berpengaruh sama nilai rupiah dan sebagainya.
SMA
kelas 2 adalah masa terakhir dari pendidikan menengah. Para murid, dipersiapkan
buat memasuki jenjang perkuliahan dengan lebih memperdalam ilmu yang menjadi
pilihannya. Di tingkat terakhir ini juga, diajari cara survive sebagai
warga Negara, contoh : cara membuat KTP,SIM dan sebagainya secara jujur, pasal-pasal
dasar yang harus diketahui, dan sebagainya.
Untuk
tes masuk kuliah, yang harus di tes antara lain, TPA, Bahasa Inggris, dan pelajaran
yang berkaitan jurusan kuliah tersebut saja. Selanjutnya, sunnahnya ada
seleksi essay dan wawancara.
Yah…udah
panjangn juga tulisannya kwk, sekian dari gua, terima kasih yang udah luangin
waktu baca sampai paragraf terakhir, pesan gua buat seluruh teman pelajar:
Tetaplah merasa bodoh, maka lu bakal belajar, dan akhirnya lu mengembalikan
hakikat dasar manusia sebagai pembelajar.
Wassalamualaikum Wr.Wb.