Apasih yang Semestinya Diajarkan di Sekolah?

December 31, 2015
“Kamu kalau besar nanti mau jadi apa?”
“Apa saja Bu, yang penting berguna demi nusa dan bangsa!”
Seseorang akan dianggap penting jika ia dikenang oleh orang lainnya. Tidak peduli apa yang sebenarnya terjadi dalam hidupnya, tapi apa yang ia lakukan demi semua orang – itulah yang membuat seseorang menjadi “penting”.
Ilmu, pengalaman, dan semangat kuat adalah kunci-kunci untuk berhasil. Kita semua tahu dengan jelas hal-hal itu. Sekarang, mari kita bandingkan dengan fungsi sekolah: membantu para siswanya mencapai keberhasilan (katanya). Dari dua fakta itu, mari kita simpulkan:

Sekolah Semestinya Mengajarkan Ilmu, Pengalaman, dan Semangat.

Ok, ok, saya tahu bahwa sekolah memang mengajarkan hal-hal ini. Tapi itu kan secara teoritis. Tidaklah adil jika saya langsung menuduh sekolah mengajarkan ketiga hal tersebut. Tapi mari saya teliti satu per satu.

Ilmu –ilmu sering tidak dianggap; yang dianggap adalah nilai. Saya rasa itu sesuatu yang tidak adil. Memang, segala sesuatu harus bisa diukur dengan suatu cara, untuk dibandingan. Tapi ilmu itu relatif. Saya bisa saja jago matematika tapi kemampuan Biologi saya amburadul. Dan jika hal itu terjadi, maka saya bisa jadi tidak lulus SMA. Ironiskah hal itu, bahwa kami terpaksa menjalani kemampuan secara bercabang, demi sekedar lulus, yang mungkin akan dilupakan saja setelah tuntas ulangan?
Ambil saja, Ujian Nasional kelas tiga SMA. Saya seorang murid IPA – aha, sudah ada kemajuan sedikit di sini. IPA dan IPS telah dipisah. Tapi tetap saja, dalam IPA, saya akan diuji 6 pelajaran: matematika, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, biologi, kimia, dan fisika. Saya akan pisahkan Bahasa Inggris, karena saya anggap bahwa pelajaran itu cukup diperlukan, sehubung dengan globalisasi. Tapi lihatlah yang lain. Dengan diujinya semua pelajaran itu, saya dituntut untuk menjadi seorang matematisi, sastrawan, dokter, peneliti kimia, dan insinyur secara bersama-sama. Gila!!!!

Pengalaman – kelihatannya sederhana. Memang, pengalaman itu akan datang dengan sendirinya, bahkan tanpa diundang. Dengan sekedar hidup, kita memperoleh pengalaman, saya, lagi-lagi, akan mempertanyakan sekolah dalam hal ini. Dengan otak berisi pelajaran dari pukul 4 pagi hingga 5 sore (di sekolah saya), dan mata yang seharian pun tidak dapat melihat matahari (lebay…. ).
Ini menyisakan sedikit sekali waktu untuk mencari pengalaman lain, bagi hal yang saya anggap penting. Misalkan saja. Saya seorang programmer. Teman saya ada yang komikus, penari balet, penulis novel, fotografer… Berapa waktu lagi yang tersisa untuk pengalaman yang kita tahu sebenarnya akan berarti bagi kehidupan kita? Inilah mengapa yang disebut “hobi” hanya tinggallah hobi – dan juga mengapa sastrawan atau pelukis sering dianggap rendah (kecuali ia bisa menghasilkan uang banyak).
Karena itu, harusnya sekolah dapat menutupi kekurangan pengalaman itu. Dan itu ditutupi dengan apa? Berjam-jam duduk di depan meja, mencatat, mengerjakan soal, dan menggapai nilai yang setinggi-tingginya? Sekolah dapat melatih seorang murid untuk menghitung integral dari suatu penjabaran matematika panjang lebar, tapi ia tetap tidak akan tahu cara mengatur keuangan pribadinya dengan baik. Mau dari mana pengalaman kita?

Semangat – saya setiap hari bahagia sekali datang ke sekolah. Tapi saya tidak pernah berjalan masuk sekolah dengan pikiran “asik, hari ini saya akan diajari cara menghitung muatan partikel yang bergerak dari satu ujung kabel ke ujung lain dan dipengaruhi sebuah magnet”. Tentu tidak. Yang saya pikir adalah “asik, bisa bertemu teman-teman. Saya mau cerita tentang kejadian tadi malam“.


Penutup
Saya senang dengan lingkungan sekolah. Senang dengan sahabat saya. Senang akan kebersamaan itu, dan senang berbincang dengan guru. Tapi bukan untuk belajar. Saya tidak punya semangat untuk itu. Ada dua kemungkinan masalah: apakah saya yang tidak termotivasi, atau ini masalah dengan sistem sekolah? Saya bisa tanya setiap teman saya, apakah yang ia harapkan dengan ilmu yang dipelajari setiap hari. Hampir semuanya akan menjawab “agar saya dapat lulus, kemudian masuk Universitas /  fakultas yang saya inginkan“. Anda lihat satu pola di sini?


Read more ...

Sekolah dan Sejarahnya

December 31, 2015
Mendengar kata sekolah, apa yang ada di benakmu wahai pembaca sekalian. Suatu bangunan,  yang terdapat kumpulan kelas kotak, dengan 20 meja dan 40 kursi di dalamnya? Suatu tempat dimana seseorang menghabiskan sebagian waktu hidupnya untuk belajar atau mengkaji sesuatu?  Ya, pada umumnya sekolah adalah suatu lembaga, suatu organisasi besar, dengan segala kelengkapan perangkatnya, dengan serangkaian jadwal terikat dan aturan tertentu, dan lainnya.
                Padahal (baca : ironisnya), kata sekolah berasal dari bahasa  Latin, yaitu schola, yang berarti “waktu luang”. Hhmm… Bagaimana sebenarnya sekolah tercipta?
                Alkisah, orang Yunani tempo dulu biasanya mengisi waktu luang mereka dengan berkumpul di suatu tempat, dengan maksud memenuhi dahaga  keingintahuan mereka  yang dirasa perlu. Mereka menyebut kegiatan itu dengan istilah skhole, scola, scolae atau schola. Keempatnya mempunyai arti yang sama yaitu waktu luang yang digunakan secara khusus untuk belajar.
                Lama kelamaan, kebisaaan mengisi waktu luang mempelajari sesuatu itu akhirnya tidak lagi semata-mata jadi kebisaaan kaum lelaki dewasa atau sang ayah dalam susunan keluarga pati masyarakat Yunani Kuno. Kebisaaan itu juga kemudian diberlakukan bagi para putra-putri mereka, terutama anak laki-laki, yang diharapkan nantinya dapat menjadi pengganti sang ayah. Karena desakan perkembangan kehidupan yang kian beragam dan kian menyita waktu, sang ayah dan sang ibu merasa bahwa mereka pun tak lagi punya waktu untuk mengajarkan banyak hal kepada putra-putrinya. Karena itu, mereka kemudian mengisi waktu luang anak-anak mereka dengan cara menyerahkannya pada seseorang yang dianggap tahu atau pandai di suatu tempat dimana mereka juga dulunya pernah ber-skhole. Di tempat itulah anak-anak bisa bermain, berlatih melakukan sesuatu, belajar apa saja yang mereka anggap memang patut untuk dipelajari, sampai tiba saatnya kelak mereka harus pulang kembali ke rumah menjalankan kehidupan orang dewasa sebagaimana lazimnya.

                Waktu terus berlalu. Para orangtua makin terbiasa mempercayakan kepada orang-orang atau lembaga-lembaga pengasuh pengganti mereka di luar rumah tersebut, dalam jangka waktu yang semakin lama dan dengan pola yang semakin teratur pula. Karena makin banyak anak yang harus diasuh, maka mulai pula diperlukan lebih banyak pengasuh yang bersedia meluangkan waktunya secara khusus untuk mengasuh anak-anak di suatu tempat tertentu yang telah disediakan, dengan peraturan yang lebih tertib dan dengan imbalan jasa berupa upah dari para orang tua anak-anak itu. Adalah seorang John Amos Comenius, melalui mahakaryanya yang kemudian dianggap sebagai fons et erigo nya ilmu pendidikan (tepatnya: teori pengajaran), yakni kitab Didactica Magma, melontarkan gagasan pelembagaan pola proses pengasuhan anak-anak itu secara sistematis dan metodis. Melanjutkan tradisi Comenius, adalah seorang berkebangsaan Swiss, Johann Heinrich Pestalozzi, pada abad-18, tampil dengan gagasan yang lebih terinci. Orang ini melangkah lebih jauh dengan mengatur pengelompokan anak-anak asuhannya secara berjenjang, termasuk perjenjangan urutan kegiatan (kemudian disebut “pelajaran”) yang harus mereka lalui secara betahap. Juga pengaturan tentang cara-cara mereka harus melalui pelajaran tersebut pada setiap tahapan menurut batasan-batasan khas dan terbaku. Upaya ini, akhirnya menjadi cikal-bakal pola pengajaran sekolah-sekolah modern yang kita kenal sekarang dengan perjenjangan kelas dan tingkatannya. 
Read more ...

Pengalaman Di Dunia PerOlimpiadean 2014-2015

December 31, 2015
                Di ujung tahun ini , saya pingin cerita aja pengalaman  di kancah Per-Olimpiadean di musim 2014/2015, dimana saat itu masih kelas 10 dan masih Newbie.*sekarang pun juga..zz
                Stage 1 - hari itu Senin pertama masuk kelas 10, setiap kelas di SMAN 1 Depok, dibagikan kertas pendaftaran untuk mengikuti tes masuk ke eksul Student Club. Dari antara 9 bidang yang ada (Matematika, Fisika, Kima, Biologi, Komputer, Kebumian, Astronomi, Ekonomi, dan Geografi) mata saya tertuju pada  Matematika dan Komputer. Tesnya diadakan hari Jum’at. Setelah 3 hari berpikir keras, saya berjudi dengan memilih Komputer (saya blank sama sekali akan bidang ini). Apakah kita akan ditanya tahun berapa World Wide Web ditemukan? Apa itu Topologi Ring pada jaringan Komputer? Atau sejenisnya. Ternyata tidak sama sekali, pada hari Jum’at paginya, dimana saya telah memutuskan untuk memilih bidang Komputer, saya mendownload soal OSK 2014 bidang Komputer lalu menghapusnya kembali. Tesnya dimulai setelah Shalat Jum’at. Dengan persiapan yang sangat kurang, saya pun menjalani tes itu dengan seadanya. Cuma bisa jawab 50% dari 40 soal itu dan tidak yakin mana yang benar dan mana yang salah, saya pun gak berharap banyak Beberapa hari kemudian, hasil tes pun diumumkan dan saya mendapat peringkat 13 dari 16 siswa yang lolos. Waw…mengejutkan
                Stage 2.1 - Pertemuan pertama Student Club Komputer (SC Komputer), saya diperkenalkan dengan bahasa pemrograman bernama Pascal. Saya mengira tadinya ini akan seperti pemrograman Delphi. Namun saya salah ckck. Di hari itupun saya mengenal yang namanya tokilearning.org yang sekarang sudah mau ditutup R.I.P.. Bulan demi bulan pun berlalu, sekitar bulan November 2014 diadakan Periodic Test 1, untuk mengukur sejauh mana keberhasilan anggota SC , dalam mempelajari bidang kegemarannya masing-masing. Saya mendapat hasil yang menurut saya lumayan. Peringkat 4. Yeay. (sebenarnya peringkat 5, Cuma kordinya gak ikut).
                Stage 2.2 – Liburan semester pun tiba, bermain Point Blank selama seminggu dan gak melakukan apa-apa (read : main laptop ) di Minggu keduanya. Gak terasa liburan berakhir, Periodic Test 2 pun menanti. Sangat disayangkan di saat liburan saya seperti menunda cita-cita  -__-. Ya..apa boleh buat, setidaknya dengan beberapa tidak  mengikut pelajaran sekolah untuk mempelajari soal-soal Informatika tingkat OSK, saya pun telah siap menjalani PT 2. Hari itu pun tiba, saya mengerjakan dengan yakin sekali. Dan hasil akhir : mengecewakan, tetapi tetap bersyukur. Hasil akhir : Peringkat 4. Mengecewakan karena setelah dibahas bersama-sama ternyata banyak kesalahan sepele yang saya lakukan. Bersyukur, karena akhirnya terpilih mewakilih SMAN 1 Depok, untuk mengikuti OSK yang berarti, libur dua hari dari pelajaran sekolah.
                Stage 4 – OSK berlangsung di SMAN 4 Depok. Sekolahnya lumayan jauh. Perjalanan memakan waktu sekitar setengah jam. Ujiannya dimulai sekitar jam 8, dan berdurasi 150 menit. Saya mengerjakan dari bagian algoritmikanya lalu lanjut aritmatika dahulu, dan kekhawatiran pun muncul, bukan karena soalnya susah , melainkan karena soalnya lebih mudah dari tahun 2014, dan pasti persaingan nilainya akan semakin tinggi, dan perbedaan kesalahan di satu soal dapat membuat banyak perbedaan, dan yang paling penting adalah saya termasuk orang yang kurang teliti (baca : ceroboh).
                Stage 5 – pengumuman OSK pun hadir disekolah dan saya sangat senang mendengar bahwa saya merupakan salah satu yang lolos ke OSP walaupun peringkat saya tergolong bahwa ( 7 dari 10 orang). OSP tahun ini akan diadakan di Purwakarta, yang berarti jauh, yang berarti nginap, yang berarti gak belajar pelajaran sekolah…yeay….Untuk persiapan OSP sekolah saya mengadakan kerja sama dengan SMAN 1 Bogor, untuk mengadakan Pelatihan Bersama dengan Tutor salah satu Alumni SMAN 1 Depok yang cukup hebat(Pelatnas 3 OSN 2012, OSN 2011 lupa ..zz..skip), Pusaka Kaleb Setyabudi atau kami memanggilnya Kak Soko. Sekitar bulan Maret, saya dan perwakilan sekolah pun bertandang ke Purwakarta. Kami menginap ke Purwakarta sekitar 3 hari.
Sehari sebelum perang membela nama Smansa dan kota Depok

Hari pertama tiba, kami cuma refresing dan sedikit mengulang pelajaran. Malamnya, ada beberapa teman yang shalat Tahajjud, (saya gak ikut, karena ngantuk), dan paginya (hari tes OSP) pun saya baru bagun sekitar pukul 6. Yang artinya, telat solat Shubuh. Akhirnya, saya pun tetapi Shalat Subuh dengan niat mengganti pada hari esoknya. Tesnya dimulai sekitar jam 9. Kami pun pergi dari jam 7.30. dan sampai dilokasi jam 7.45. Di sana akhirnya, saya menemukan beberapa orang yang selama ini cuma saya lihat di Facebook. Sebelum tes semuanya disuruh mengisi data diri 2 lembar yang cukup merepotkan karena membuat tangan saya pegal. Setelah itu diadakan sejenis tes IQ sebanyak 30 soal. Main test paper pun tiba, saya membalik soal demi soal, dan langsung drop..__. Saya bingung harus mulai menjawab dari mana. Akhirnya cuma bisa mengerjakan sekitar 25 dari 40 soal aritmatika & algoritmika. Di soal praktek menulis program terdapat 3 soal. Soal pertama cuma menulis gimana cara menukar dua value (mudah). Soal kedua, menanyakan apakah input itu kelipatan 25 atau bukan (tinggal cari ada 25 or 00 or 50 or 75) . Soal ketika, cari himpunan bagian bilangan sedemikian sehingga himpunan bagain itu habis kalau dibagi jumlah seluruh himpunan(hard). Untuk sesi ini bisa 2 dari 3 soal yeay…Tapi tetap saja Overral kemampuan saya masih sangat kurang.
Stage 6 – Setelah beberapa minggu, hasilnya pun tertebak. Saya gak lolos..-_-. (Hhmm…sudah kuduga) .Saya pun mau bunuh diri ,sangat drop, setelah melihat pembahasan soal di internet, banyak dari soal itu sebenarnya saya bisa, hanya salah hitung atau sebagainya. Dan di soal algoritmika saya banyak sekali membuang waktu. Hmm…ya sudah...Berarti harus berjibaku kembali dengan mitokondria, badan golgi, hidrokarbon dan teman-temannya yang lain
Akhir kata, kegagalan bukan lah segalanya, segaknya masih banyak hal yang saya dapat dari perjuangan di OSN yaitu teman, kompetisi, ilmu, DUIT dan lainnya.
Ini pelajaran yang sangaat berharga....Tapi saya masih punya 1 kesempatan lagi,sebelum tingkatan kelas melanggar regulasi. *kelas 12 gak boleh ikut

 IOI Iran 2017   OSN Palembang2016… Go Get Gold
Read more ...

About Me

December 31, 2015
                Assalamualaikum, pembaca(jika ada)!
                Disini saya akan memperkenalkan siapakah saya sebenarnya. Nama saya adalah Ferdian Ifkarsyah. Sekarang(31 Desember 2015),  saya sedang menempuh pendidikan  di SMA tertua di kota Depok, Jawa Barat, yaitu SMAN 1 Depok. Saya juga merupakan alumni MTsN 4 Jakarta dan SDN 03 Cipedak. Nah, tujuan saya membuat blog ini adalah rangka dalam upaya mengaktualisasi diri di kehidupan dunia maya. Blog ini nantinya, akan berisi apa sih yang menjadi ketertarikan dalam hobi saya maupun dalam pandangan saya terhadap dunia. Hobi saya antara lain : Matematika, Competitive Programming, Sepak Bola dan sejenisnya, Anime dan budaya Jepang lainnya, dan lainnya. Saya juga memiliki interest tersendiri terhadap dunia pendidikan, ekonomi, psikologi, politik, sejarah dan lainnya. Selain itu, sebagian (kecil) dari blog ini akan berisi pengalaman harian saya.
                Pertama saya akan membahas Matematika. Tidak mengerti mengapa, dari seluruh orang yang saya kenal sejak saya SD sampai SMA, hanya kurang dari 20 orang yang saya kenal suka dengan pelajaran ini, dari jumlah itu hanya 4-7 yang benar-benar mencintai pelajaran ini. Sebenarnya matematika adalah pelajaran yang sangat menarik dan sangat penting. Di blog ini saya akan membahas tentang masalah Matematika ini dari sudut pandang Matematika itu sendiri, maupun sudut pandang Psikologi pendidikan.
                Kedua, Programming, atau lebih tepatnya Competitive Programming. Memang saya terlebih dahulu mengenal General Programming, yaitu sewaktu SMP. Saat itu, saya melihat teman saya (yang tidak bisa disebutkan namanya) membuat semacam aplikasi antivirus pribadinya, menggunakan software Delphi. Dari situ, saya sempat berpikir, “Suatu saat nanti, semua temanku akan tergabung menjadi satu dalam software ciptaan gua”, hhmm…seperti Mugen Tsukoyomi. Skip…Tapi, selang beberapa waktu kemudian saya mulai membeli berbagai macam buku belajar Visual Basic, Delphi, Macromedia Flash dan lainnya. Saya juga membuat blog, yang waktu itu hanya bertujuan untuk sekadar bermain dengan source code templatenya ( selain itu blog ini bertujuan agar nama saya muncul di pencarian google) ckck.  Akhirnya, blog itupun saya hapus.
                Nah, di masa-masa awal  menjalani kehidupan Putih Abu-Abu. Diberikan angket Student Club  ke setiap kelas untuk diisi oleh bidang yang menjadi ketertarikannya. Ada 9 bidang antara lain : Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Informatika, Kebumian, Astronomi, Ekonomi, dan Geografi. Empat hari berpikir antara Matematika atau Informatika, akhirnya saya memiliki Informatika/orang lebih sering menyebutnya Komputer (padahal ini kurang tepat). Inilah awal perkenalan saya dengan Competitive Programming. Saya memilih ini dengan alasan : Ada Informatika, tapi ada Matematikanya juga. Saya mulai bermimpi agar suatu saat Orang Tua saya mengambil rapot dan melihat foto anaknya di Hall Sekolah.
                Untuk kuliah saya telah memiliki beberapa Universitas idaman. Dimulai dari pilihan luar biasa gila (Standford, MIT), pilihan gila (UTokyo, NUS, NTU) dan pilihan sedikit gila (ITB, UI). Di blog ini, saya akan menuliskan perjalanan saya mulai dari Kelas 11 sekarang ini, dengan nilai rapot hasil belas kasihan guru, sampai nanti, entah saya berhasil atau tidak dengan impian saya. *saya harap berhasil YDS…
               Jika ada yang mau melihat lebih lanjut tentang saya bisa ke Facebook SayaEmailTwitterYoutube, dan lainnya (gunakan saja google, cari dengan keyword "Ferdian Ifkarsyah". Pesan terakhir,  blog ini saya akan menggunakan beberapa bahasa, yaitu Inggris(American)  dan Indonesia. Sekian dari saya, wabillahi taufiq wal hidayah, Wassalamualaikum Wr. Wb.
Read more ...